Suatu siang, ia diminta untuk datang ke kantor pusat JNE untuk tes wawancara, hatinya berdegup kencang dan muncul berbagai pertanyaan dalam pikirannya.
Namun tak berselang lama setelah wawancara itu, ia dinyatakan lolos dan bisa segera mulai bekerja.
Wawan senang bukan kepalang, apalagi setelah diberitahu bahwa dirinya akan ditempatkan di kantor cabang JNE tak jauh dari rumahnya.
Tak berselang lama, keresahan tiba-tiba muncul dalam hatinya terkait waktu. Ia khawatir tidak bisa disesuaikan dengan jam kuliahnya.
Ia pun memutuskan untuk membicarakan hal itu kepada Bosnya. Namun tanpa disangka, jam kerjanya bisa disesuaikan. Kebahagiaannya bertambah berkali-kali lipat.
Namun saat mulai bekerja, kesulitan mulai menghantuinya. Sebab ia terkendala untuk mengikuti training bagian administrasi ketika itu.
Meski demikian, Wawan tak kehabisan akal dan tak ingin menjadi orang yang tersesat di jalan.
Ia meminta tolong kepada teman kerjanya yang senior untuk mengajarinya. Selepas itu, ia belajar secara mandir. seiring berjalannya waktu tantangan itu dapat diatasi.
Akhirnya, perasan keringat membuahkan hasil. Rasa bangga menyelinap dalam dirinya bahkan kedua orang tuanya. Sebab dari gajinya perbulan itu, ia dapat menutupi pembayaran-pembayaran perkuliahannya, walaupun belum bisa seutuhnya. ***