Perkampungan di Garut Menjadi Wilayah Klaster Baru Wabah COVID-19

- 16 Juni 2021, 21:25 WIB
Tim Satgas Penanggulangan Covid-19 Kelurahan Lebakjaya Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut tengah melakukan penertiban protokol kesehatan kepada para peziarah dari Indramayu di Masjid Raya Perum BCI, Selasa 15 Juni 2021.
Tim Satgas Penanggulangan Covid-19 Kelurahan Lebakjaya Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut tengah melakukan penertiban protokol kesehatan kepada para peziarah dari Indramayu di Masjid Raya Perum BCI, Selasa 15 Juni 2021. /kabar-priangan.com/ Dindin Herdiana/

KABARMEGAPOLITAN.COM - Klaster baru lonjakan kasus penularan COVID-19 ditemukan disejumlah wilayah Garut, terutama diwilayah perkampungan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Bupati Garut Rudy Gunawan, bahwa terjadinya penularan wabah COVID-19 tersebut makin banyak ditemukan di perkampungan warga di wilayah selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Agar tidak terjadi makin meningkatnya penularan dari klaster baru tersebut, masyarakat dihimbau agar tetap mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 makin meluas.

"Sekarang itu justru terjadi di kampung-kampung, di selatan saja sekarang ini diperkirakan di Garut selatan ada 400 yang terkonfirmasi positif COVID-19 dari beberapa hari kemarin," kata Rudy Gunawan kepada wartawan di Garut, Rabu.

Baca Juga: Link Live Streaming Turki vs Wales Euro 2020, Pertarungan Sengit untuk Lolos 16 Besar

Saat ini untuk mengantisipasi penularan makin meluas, dia menuturkan bahwa Pemkab Garut terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menangani wabah COVID-19 yang saat ini terus terjadi peningkatan sejak musim libur hari raya yang lalu.

Sebelumnya Kabupaten Garut, kata dia, hasil penilaian pemerintah provinsi masuk tiga besar sebagai daerah dengan kasus aktif paling tinggi di Jawa Barat, salah satu penyebabnya dengan adanya temuan baru sebanyak 400-an orang di klaster perkampungan.

"Yang membawa dampak (besar) Garut itu ya 400 itu, sehingga Garut masuk 3 besar sebagai daerah yang kasus aktifnya paling tinggi," katanya.

Menurut dia lonjakan kasus penularan wabah COVID-19 disebabkan berbagai faktor, salah satunya acara pesta pernikahan yang tidak dapat dikendalikan dan sulit menegakkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus.

"Kasus aktif terbesar ada di daerah selatan, masuk klaster kampung karena semenjak ada hajatan," katanya.

Baca Juga: Musisi Anji Mengaku Masih Memiliki Ganja di Studio Miliknya Sebanyak 30 gram

Bahkan dia juga mengungkapkan bahwa cepatnya penularan COVID-19 di perkampungan itu karena banyak warga yang menunjukkan gejala sakit tidak melakukan pemeriksaan ke rumah sakit atau dokter terdekat.

Akibatnya, kata dia, warga yang sebenarnya mengalami gejala terjangkit wabah COVID-19 tidak mendapatkan pertolongan medis dengan cepat sehingga kondisinya parah dan sampai meninggal dunia.

"Masyarakat yang mengalami gangguan penciuman itu tidak melapor, jika sudah keadaan panas dingin baru ke Puskesmas, itu sudah dalam kondisi fase 2, jadi banyak yang meninggal di Garut karena mereka itu tidak pernah melapor," katanya.

Secara keseluruhan sejak ditetapkan darurat wabah COVID-19 sampai hari Selasa, 15 Juni 2021 diketahui kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Garut sebanyak 13.171 kasus.

Kemudian dari kasus itu sebanyak 2.341 kasus isolasi mandiri, 578 kasus isolasi di rumah sakit, 9.667 kasus dinyatakan sembuh, dan 585 kasus meninggal dunia.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x