KABARMEGAPOLITAN.com - Saat ini, ketika teknologi digital semakin berkembang, berita bohong atau hoaks menjadi salah satu tantangan serius dalam proses pemilihan umum (pemilu).
Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Rahmat Bagja, menyoroti pentingnya menghadapi masalah ini.
Bagja menjelaskan bahwa hoaks bisa menyebabkan polarisasi di masyarakat, seperti yang terjadi pada Pemilu 2019.
Selain itu, jika tidak ditangani dengan baik, hoaks bisa merusak kredibilitas penyelenggaraan pemilu dan bahkan mempengaruhi kualitas pemilihan.
Dampak dari hoaks juga bisa lebih luas, termasuk konflik sosial, ujaran kebencian, dan disintegrasi nasional.
Bagja mengungkapkan bahwa tantangan ini harus diatasi dengan serius, karena hoaks juga bisa mempengaruhi pemilihan di berbagai level.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), selama periode Agustus 2018 hingga April 2022, tercatat 9.814 temuan isu hoaks dari berbagai kategori.
Pada Pemilu 2019, terdapat 922 isu hoaks, dengan puncaknya terjadi pada bulan Maret hingga Mei.