Network
KABARMEGAPOLITAN.com – Menderita cedera kepala suatu hari nanti dapat menyebabkan perkembangan tumor otak yang relatif jarang tetapi seringkali agresif yang disebut glioma, menurut sebuah penelitian.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology menemukan bahwa pasien yang mengalami cedera kepala hampir empat kali lebih mungkin terkena kanker otak di kemudian hari, dibandingkan mereka yang tidak mengalami cedera kepala.
Alasannya adalah bahwa mutasi pada gen tertentu bersinergi dengan peradangan otak, yang disebabkan oleh cedera akut dan kemudian meningkat seiring waktu selama proses penuaan alami untuk membuat astrosit lebih mungkin memicu kanker.
Namun, penting untuk diingat bahwa risiko terkena kanker otak secara keseluruhan rendah, diperkirakan kurang dari 1 persen seumur hidup, jadi bahkan setelah cedera, risikonya tetap rendah, kata para peneliti dari University College London.
Baca Juga: Horoskop Zodiak Capricorn Hari Ini 28 Februari 2023, Seimbangkan Penghasilan dan Pengeluaran
"Penelitian kami menunjukkan bahwa trauma otak dapat berkontribusi pada peningkatan risiko kanker otak di kemudian hari," kata penulis utama Profesor Simona Parrinello dari UCL's Cancer Institute.
“Kami tahu bahwa jaringan normal membawa banyak mutasi yang tampaknya hanya duduk di sana dan tidak memiliki efek besar. Temuan kami menunjukkan bahwa jika di atas mutasi tersebut, terjadi cedera, itu menciptakan efek sinergis.
"Dalam otak muda, peradangan basal rendah sehingga mutasi tampaknya tetap terkendali bahkan setelah cedera otak yang serius. Namun, seiring bertambahnya usia, penelitian tikus kami menunjukkan bahwa peradangan meningkat di seluruh otak tetapi lebih intens di tempat otak sebelumnya." Ini mungkin mencapai ambang tertentu setelah mutasi sekarang mulai menampakkan dirinya," kata Parrinello.
Baca Juga: Horoskop Zodiak Sagitarius Hari Ini 28 Februari 2023, Widih! Ada Tawaran Pekerjaan Bagus!
Glioma adalah tumor otak yang sering muncul di sel induk saraf. Jenis sel otak yang lebih matang, seperti astrosit, dianggap lebih kecil kemungkinannya untuk menimbulkan tumor.
