Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Selama Pandemi COVID-19 Bikin Siswa Rentan Kecanduan Gadget

- 17 April 2021, 22:11 WIB
Ilustrasi anak kecanduan gadget.
Ilustrasi anak kecanduan gadget. /Pexels/Jessica Lewis
KABARMEGAPOLITAN.COM - Efek pandemi COVID-19 tidak hanya berimbas pada sektor ekonomi masyarakat saja, tetapi juga pada sistem pendidikan disekolah yang awalnya tatap muka disekolah beralih pada pendidikan jarak jauh (PJJ).

Sehingga mau tidak mau siswa wajib memiliki gawai untuk menunjang pelajaran mereka agar tidak tertinggal pelajaran di sekolah.

Namun tentu saja hal tersebut juga berimbas pada kebiasaan sehari-hari siswa yang tidak bisa lepas dari gawai, sehingga rentan menjadi kecanduan gawai.
 
Baca Juga: Kenali 6 Masalah yang Mungkin Terjadi Saat Daftar CPNS 2021, Salah Satunya Gagal Unggah Dokumen

Direktur Program Pelajar Berkreasi Mentari Group Natalina Rimba, juga mengatakan bahwa pendidikan jarak jauh (PJJ) akibat pandemi COVID-19 membuat siswa rentan kecanduan gawai.

"Kondisi pandemi COVID-19 menjadi tantangan tersendiri bagi para siswa, yang mana mereka rentan sekali kecanduan gawai," ujar Natalina, dalam webinar di Jakarta, pada hari Sabtu.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pelaksanaan pendidikan jarak jauh (PJJ) selama ini bisa lepas dari ketergantungan gawai, yang berakibat siswa memiliki kecenderungan sulit lepas dari gawai.

"Padahal kita sedang berjuang meningkatkan kompetensi pelajar. Pada PISA 2018, posisi pelajar Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara lain, yaitu urutan ke-72 dari 79 negara," ujar dia.
 
Baca Juga: Ini 7 Keuntungan Besar yang Didapatkan Guru Honorer Saat Daftar Seleksi PPPK 2021, Cek Faktanya!

Mentari Group menghadirkan Pelajar Berkreasi untuk menjawab tantangan pelajar Indonesia masa kini sekaligus menyediakan panggung untuk mereka.

Program itu merupakan seri perlombaan yang mendukung pelajar di seluruh Indonesia untuk mengasah kemampuan literasi, numerasi, karakter dan kreativitas. Pelajar Berkreasi diadakan pada Maret-Oktober 2021, dan akan menjadi kegiatan tahunan.

Natalina menyampaikan bahwa Pelajar Berkreasi dirancang sesuai kebutuhan pelajar saat ini, yaitu menjawab tantangan Asesmen Kompetensi Minimum yang fokus pada literasi, numerasi, karakter.
Baca Juga: Pesan Ibunda Nagita Slavina Saat Hamil Kedua Kali: Jangan Begadang Ya, Banyak Istirahat

Selain itu, kegiatan Pelajar Berkreasi mampu mendukung pelajar mengasah kemampuan nonteknis abad 21, seperti berpikir kritis, berkolaborasi, berkreasi, berkomunikasi (dikenal dengan 4C), serta bernalar tingkat tinggi atau higher order thinking skill (HOTS). Pelajar Berkreasi pun didukung oleh para tenaga ahli di bidangnya.

“Misalnya pada salah satu lomba, Mentari Mathematics Olympiad atau MEMO, yaitu lomba matematika dalam bahasa Inggris.

Tim perancang soal memastikan pertanyaan-pertanyaan yang disajikan bersifat kontekstual dan tidak membuat pelajar sekadar mengandalkan rumus. Pelajar harus mampu memahami permasalahan pada soal dan mencari solusi dari permasalahan tersebut," kata Natalina,

Penulis yang juga pendiri Kamar Kata-Kata, Reda Gaudiamo menyebutkan orang tua dan sekolah berperan penting untuk memberikan kompetensi utama dan mengembangkan karakter anak sejak usia dini.
Baca Juga: Calon Pelamar Kartu Prakerja Gelombang 17 Wajib Paham, Saldo Bantuan Pelatihan Bukanlah Insentif

"Lebih mudah membangun anak-anak yang kuat, dari pada memperbaiki para orang dewasa. Maka, lakukanlah sekarang," katanya.

Reda memaparkan beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua dan sekolah dalam meningkatkan kompetensi dan karakter anak.

Berkaitan dengan hal itu, Reda mengafirmasi bahwa orang tua dan sekolah harus menyalurkan minat anak dengan berbagai kegiatan dan membuka jalan mereka untuk mencoba hal-hal
baru yang bermanfaat.***
 
 
 

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x