Gelombang ketiga Covid-19 Mengintai, Ini Ciri dan Cara Mencegah Penularan Omicron yang Wajib Anda Ketahui

31 Januari 2022, 08:35 WIB
Gelombang ketiga Covid-19 Mengintai, Ini Ciri dan Cara Mencegah Penularan Omicron yang Wajib Anda Ketahui /Tangkap layar ilustrasi foto omicron @pixabay/

KABARMEGAPOLITAN.com Gelombang ketiga Covid-19 diperkirakan akan segera menyerang Indonesia dalam waktu dekat ini.

Kasus Omicron di Tanah Air terus meningkat belakangan ini, dengan semakin bertambahnya jumlah pasien positif secara drastis.

Total pasien yang sudah terkonfirmasi Omicron sampai 26 Januari 2022 berjumlah 1.988 orang, dikutip dari situs Kemkes.

Dari jumlah itu, yang sudah sembuh atau selesai dirawat berjumlah 765 orang. Sedang total pasien yang pernah dirawat sebanyak 854 pasien.

Baca Juga: Siap-Siap! Puncak Gelombang Omicron Diprediksi Serang Indonesia Bulan Depan

Rinciannya, pasien asimtomatik 461, gejala ringan 334 pasien, serta gejala sedang dan berat 59 pasien, sejak awal kasus Omicron pada Desember 2021.

"Sebenarnya yang perlu masuk rumah sakit adalah pasien yang 59 itu. Yang perlu dirawat hanya kalau dia perlu di treatment oksigen," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Oleh karena itu, Menkes meminta masyarakat untuk mengenali ciri-ciri varian Omicron agar bisa melakukan pencegahan sedini mungkin.

Varian Omicron diketahui memicu gejala ringan seperti flu biasa, batuk, dan demam dengan tingkat penularan yang cepat.

Selain itu, tingkat perawatan di rumah sakit juga lebih rendah. Begitupun tingkat keparahannya juga lebih rendah.

Baca Juga: Segera Tinggalkan Jika Pasanganmu Tunjukkan 20 Sinyal Buruk Ini, Agar Kamu Tak Jauh dari Kata Bahagia

Sehingga pasien yang masuk ke rumah sakit lebih sedikit daripada pasien yang melaksanakan isolasi mandiri.

Namun, varian Omicron diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih cepat dibandingkan dengan varian Delta sebelumnya.

"Nanti kita akan melihat dalam waktu yang singkat kenaikan jumlah kasus yang cukup tinggi," ucap Menkes menambahkan.

Pemerintah pun sudah memperkirakan puncak gelombang kenaikan kasus Omicron di Indonesia terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2022.

Hal ini merupakan dampak dari kenaikan kasus Omicron yang terjadi di seluruh dunia, seperti dilaporkan situs Kemkes pada 16 Januari 2022.

Dijelaskan Menkes, mayoritas kenaikan kasus Omicron di dunia terjadi dalam kurun waktu yang sangat cepat dan singkat, berkisar antara 35 hingga 65 hari.

Baca Juga: Tahun Baru Imlek 2573 Dibayangi Omicron, Cap Go Meh Diminta Diadakan Terbatas

"Di Indonesia kita mengidentifikasi kasus pertama pada pertengahan Desember, tapi kasus mulai naiknya di awal Januari," kata Menkes.

"Kita hitung antara 35-65 hari akan terjadi kenaikan yang cukup cepat dan tinggi. Itu yang memang harus dipersiapkan oleh masyarakat," ujarnya.

Wilayah DKI Jakarta, serta Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) diperkirakan menjadi daerah pertama yang akan mengalami lonjakan kasus.

Mengingat dari hasil identifikasi Kemkes, mayoritas transmisi lokal varian Omicron terjadi di DKI Jakarta, dan diperkirakan akan meluas ke Bodetabek.

Pasalnya, secara geografis daerah-daerah tersebut memang berdekatan dan mobilitas masyarakatnya sangat tinggi.

Menkes pun berpesan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan hati-hati. Terutama selalu memakai masker dan menghindari kerumunan.

"Karena penularan akan semakin tinggi. Kalau bisa kerja di rumah, di rumah saja, tidak usah pergi kemana-mana karena risiko tertularnya sedang tinggi," katanya.

Baca Juga: Terjawab! Ini Alasan Kenapa Omicron Lebih Ringan Daripada Varian Lainnya

"Tapi kalau pun tertular tidak usah panik, yang penting disiplin isolasi sendiri dan minum vitamin, jika ada gejala ringan minum obat," ujarnya.

"Dan cepat-cepatlah divaksin untuk memperkuat daya tahan tubuh dalam menghadapi varian baru," ucap Menkes menambahkan.

Sementara itu, pemerintah telah menyiapkan strategi berbeda dalam menghadapi gelombang Omicron dibandingkan saat menghadapi gelombang Delta.

Gelombang Delta memiliki tingkat keparahan tinggi sehingga pemerintah harus mempersiapkan rumah sakit dengan banyak tempat tidur.

Sedangkan varian Omicron ini yang tinggi adalah penularannya, sementara keparahannya rendah.

"Sebagian besar kasus Omicron adalah OTG (orang tanpa gejala) atau asimtomatik atau gejala sakitnya ringan," kata Menkes.

"Jadi hanya gejala pilek, batuk, atau demam yang sebenarnya bisa sembuh tanpa perlu dibawa ke rumah sakit," ujarnya lagi.

Pemerintah sendiri menyiapkan tempat tidur perawatan di rumah sakit sebanyak 70.641, di mana kapasitas secara nasional berjumlah 120-130 ribu.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: Sehat Negeriku Kemenkes

Tags

Terkini

Terpopuler