Studi Menyebut, Anak-anak yang Divaksinasi Covid Tetap Menular Seperti yang Tidak Divaksinasi, Kok Bisa?

- 28 Oktober 2023, 07:45 WIB
Ilustrasi. Studi Menyebut, Anak-anak yang Divaksinasi Covid Tetap Menular Seperti yang Tidak Divaksinasi, Kok Bisa?
Ilustrasi. Studi Menyebut, Anak-anak yang Divaksinasi Covid Tetap Menular Seperti yang Tidak Divaksinasi, Kok Bisa? /

KABARMEGAPOLITAN.com - Anak-anak yang divaksinasi Covid terbukti menular selama waktu yang sama dengan teman sebaya yang tidak divaksinasi, demikian hasil penelitian baru dari California.

Baik anak-anak yang menerima penyuntikan penguat Covid bivalen maupun yang tidak, panjang waktu penularan virus setelah hasil positif tetap sama.

Kedua kelompok anak berusia tujuh hingga 18 tahun menular selama rata-rata tiga hari, menurut hasil penelitian dari April hingga September 2022.

Studi ini menambah keraguan tentang pentingnya memberikan suntikan penguat Covid kepada anak-anak. Hingga awal tahun ini, beberapa negara bagian termasuk California dan Illinois mewajibkan vaksin di sekolah.

Baca Juga: Ini Daftar 10 Negara dengan Peringkat Kesetaraan Gender Terbaik, Ada yang Bisa Nebak? 

Para ahli dari Universitas Stanford dan USC Schaeffer Center for Health Policy & Ekonomi yang melaksanakan penelitian tersebut menyatakan, "Kebijakan kembali ke sekolah mungkin tidak perlu membedakan berdasarkan status vaksin atau penguat."

Namun, penulis utama Dr. Neeraj Sood mengatakan bahwa tim penelitian tidak memeriksa kemampuan vaksin untuk mencegah infeksi pada awalnya.

Studi ini juga dilakukan sebelum penyuntikan penguat Covid bivalen asli dari Pfizer disetujui. Vaksin itu menawarkan perlindungan lebih baik terhadap subvarian Omicron yang beredar saat itu.

Anak-anak termuda dalam penelitian ini kemungkinan tidak menerima penguat, melainkan dosis vaksin dua kali standar.

Tingkat kekebalan dan perlindungan telah berfluktuasi dengan berbagai vaksin dan kombinasi varian virus.

Laporan ini diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics.

 

Studi ini melibatkan 76 anak dari area Los Angeles yang berusia tujuh hingga 18 tahun. Tujuannya adalah untuk mengukur dampak virus pada sel-sel anak-anak untuk lebih memahami perilakunya dan berapa lama ia menular.

Para peneliti mempelajari tingkat penularan virus, yaitu jumlah partikel virus yang dikeluarkan oleh seorang anak melalui batuk, bersin, atau berbicara yang kemudian menyebar ke lingkungan sekitar.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merevisi rekomendasi vaksin Covid dan menyarankan bahwa anak-anak dan remaja sehat mungkin tidak perlu mendapatkan suntikan.

Setiap anak dinyatakan positif untuk varian Omicron Covid-19. Dari 76 anak, termasuk 41 anak usia tujuh hingga 12 tahun, 52 di antaranya telah divaksinasi.

Anak-anak yang telah divaksinasi menular selama tiga hari, durasi yang sama dengan anak-anak yang tidak divaksinasi.

 

Peneliti tidak mengatakan apakah mereka terkejut dengan hasil penelitian mereka.

Namun, hasil penelitian ini mirip dengan studi pada orang dewasa dengan varian Omicron, yang juga tidak dapat menemukan hubungan antara durasi waktu seseorang menular dan status vaksinasi mereka.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit merekomendasikan agar semua anak, termasuk bayi yang berusia enam bulan, menerima suntikan penguat bivalen yang berisi komponen dari strain virus asli dan varian omicron.

Namun, tingkat penerimaan tetap rendah. Studi Juli 2023 yang diterbitkan di jurnal Annals of Medicine melaporkan bahwa hanya 39 persen anak usia lima hingga sebelas tahun dan 55 persen remaja telah mendapatkan dosis penguat.

 

Penguat bivalen telah terbukti sangat efektif dalam mencegah kasus parah yang cukup untuk memasukkan anak ke rumah sakit atau klinik perawatan darurat, tetapi belum jelas sejauh mana suntikan tersebut dapat mencegah infeksi dari awal.***

Editor: Yuliansyah

Sumber: Mirror


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah