Ilmuwan Ungkap Deforestasi Hutan Hujan Amazon dan Pengaruhnya Ke Pemanasan Global

- 16 Juli 2021, 07:33 WIB
Ilustrasi hutan amazon
Ilustrasi hutan amazon /Pixabay/Luis deltreehd

 

KABARMEGAPOLITAN.COM – Sebuah studi baru mengatakan jika kemampuan hutan Amazon dalam menyerap emisi karbon telah berkurang yang dapat menyebabkan peningkatan pemanasan global.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature mengungkapkan bahwa deforestasi Amazon dan pemanasan lokal yang cepat di beberapa bagiannya telah mengurangi peran hutan hujan sebagai penyerap karbon. 

Hal ini dikhawatirkan dapat mempercepat peningkatan pemanasan global di masa yang akan datang.

Profesor Luciana Gatti dan rekan-rekannya telah mengumpulkan sampel udara dari empat wilayah Amazon, kira-kira dua kali sebulan selama rentang sembilan tahun, untuk mengukur atmosfer hutan tropis.

Para ilmuwan dari Institut Nasional Penelitian Luar Angkasa Brasil (INPE) itu menganalisis data untuk menentukan bagaimana karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) terkonsentrasi di berbagai bagian Amazon.

Baca Juga: Update Sebaran COVID-19 Indonesia Kamis 15 Juli 2021, 5 Provinsi dengan Penambahan Kasus Tertinggi

Sampel udara dibandingkan dengan sampel dari Samudra Atlantik Selatan, yang telah ditemukan menyerap sebanyak 75 persen kelebihan panas dan 40 persen emisi karbon dioksida CO2 yang dihasilkan manusia yang diambil oleh lautan.

Para ilmuwan juga menggunakan gradien konsentrasi CO2 untuk memperkirakan berapa banyak emisi karbon meningkat atau menurun sehubungan dengan pertumbuhan vegetasi, pembusukan, dan kebakaran hutan.

Jutaan pohon telah hilang karena penebangan dan kebakaran dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah kebakaran yang belum pernah terjadi sebelumnya terjadi di Amazon pada tahun 2019 dan 2020, yang mengurangi sebagian besar hutan menjadi gundul.

Data para ilmuwan INPE mengungkapkan bahwa Amazonia bagian barat masih merupakan penyerap karbon, meskipun lemah, karena iklimnya yang hampir selalu basah dan pembusukan yang relatif sedikit dibandingkan dengan daerah lain.

Baca Juga: Update Covid-19 Hari ini Kamis 15 Juli 2021, Data Sebaran Kasus Baru & Kasus Aktif di 34 Provinsi Indonesia

Kemampuan Amazonia Timur untuk menyerap karbon telah menurun, atau bahkan terbalik, karena deforestasi dan iklimnya yang semakin hangat dan kering. Bagian tenggara hutan, yang merupakan 20 persen dari Amazon, bahkan telah membalikkan kemampuannya untuk menyerap karbon dengan menjadi sumber karbon .

Para ilmuwan tidak dapat melakukan analisis semua wilayah Amazon, yang sangat bervariasi satu sama lain, karena beberapa wilayah sulit diakses.

Penelitian ini baru diterbitkan, tetapi para peneliti telah berbicara tentang implikasi pembalikan penyerapan karbon terhadap perubahan iklim.

“Setiap tahun lebih buruk. Kami mengamati bahwa daerah di tenggara ini merupakan sumber karbon yang penting. Dan tidak masalah apakah itu tahun basah atau tahun kering. 2017-2018 adalah tahun yang basah, tetapi tidak ada bedanya,” kata Prof Gatti dikutip ZONABANTEN.com dari Independent.

Baca Juga: Penggunaan Masker Dianggap Optimal, Pelanggaran Tipiring di Tangsel Didominasi Jam Operasional

Prof Carlos Nobre, yang ikut menulis studi Prof Gatti dan merupakan peneliti di Institut Studi Lanjutan Universitas Sao Paulo, menyebut pengamatan itu sangat mengkhawatirkan karena bisa menunjukkan awal dari titik kritis utama.

Dia percaya temuan baru menunjukkan bahwa dalam 30 tahun ke depan lebih dari setengah Amazon dapat berubah dari hutan hujan menjadi sabana jika kehilangan kemampuannya untuk memperbarui dirinya sendiri dan mulai memancarkan lebih banyak karbon daripada yang dibutuhkan.

Prof Nobre mengatakan bahwa Amazon dulu menyerap dua miliar ton CO2 per tahun dari atmosfer pada 1980-an dan 1990-an, tetapi jumlah tahunan itu kini telah berkurang sekitar setengahnya.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x