Jelang Pemilihan Presiden di Taiwan, China Sindir AS: Tidak Boleh Ada Campur Tangan Pihak Luar

12 Januari 2024, 06:46 WIB
Ilustrasi. Bendera Tiongkok dan Taiwan /REUTERS/Dado Ruvic/

KABARMEGAPOLITAN.com – Sabtu, 13 Januari 2024, Taiwan akan menghelat pesta demokrasi.

Yap, Taiwan akan menyelenggarakan pemilihan presiden.

Terkait dengan hal ini, pemerintah China meminta sejumlah pihak luar untuk tidak ikut campur.

Bahkan China tak ragu menyindir Amerika Serikat (AS).

"Taiwan adalah urusan dalam negeri China. Pemilu di wilayah Taiwan adalah murni urusan dalam negeri China dan tidak boleh ada campur tangan pihak luar, China menyesalkan dan sangat menentang komentar AS mengenai Pemilu Taiwan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China, Kamis, 11 Januari 2024.

Baca Juga: Bukan Pinjam Dulu Seratus! Neymar Bantu Keuangan Dani Alves 

Mao Ling meminta AS mematuhi prinsip “satu China”.

"Saya perlu menekankan bahwa permasalahan Taiwan merupakan kepentingan inti China dan memiliki garis pembatas yang tidak boleh dilewati dalam hubungan China-AS. Kami meminta AS untuk mematuhi prinsip 'satu China' dan ketentuan tiga komunike bersama China-AS," tambah Mao Ning.

Mao Ning meminta agar pejabat di AS berhenti mencampuri pemilu di Taiwan dalam bentuk apa pun juga segala bentuk kontak resmi dengan Taiwan.

"Berhenti mengirimkan sinyal yang keliru kepada kelompok pendukung 'kemerdekaan Taiwan'. Kami akan mengambil tindakan tegas untuk menjaga kedaulatan, keamanan dan integritas wilayah kami," ungkap Mao Ning.

"Hanya ada satu China di dunia. Taiwan adalah bagian integral dari China dan kami dengan tegas menentang AS melakukan segala bentuk kontak resmi dengan Taiwan atau melakukan apa pun yang membahayakan hubungan China-AS maupun perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," jelas Mao Ning.

Baca Juga: Anies Baswedan Disebut hanya Pintar Ngomong, Cak Imin: Pemimpin Bicara dan Bekerja, Sindir Prabowo Subianto? 

Pada pemilihan presiden kali ini, ada tiga calon yang akan berkompetisi yaitu Wakil pemimpin Taiwan William Lai Ching-te selaku calon dari Partai Progresif Demokratik (DPP), Wali Kota New Taipei Hou Yu-ih sebagai perwakilan dari Kuomintang (KMT) dan Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan (TPP).

Lai Ching-te sebagai kandidat unggulan yang berasal dari DPP.

Ia menggambarkan dirinya sebagai pembela demokrasi Taiwan, namun Beijing menyebut dia "berbahaya" dan dapat memicu konflik lintas Selat.

Meski begitu, dalam masa kampanye, Lai mengatakan akan tetap menjaga status quo di Selat Taiwan dan mewujudkan perdamaian jika terpilih.

Baca Juga: Bournemouth Tolak Pinangan Arsenal untuk Dapatkan Dominic Solanke 

Sementara Partai KMT secara tradisional mengusung hubungan yang dekat dengan China.

Kandidat dari KMT, Hou Yu-ih berpendapat bahwa meningkatkan hubungan ekonomi dan membuka dialog dengan China adalah cara terbaik untuk menjaga perdamaian, meski ia juga menolak kemerdekaan Taiwan dan model "satu negara, dua sistem".

Sedangkan Ko Wen-je adalah mantan Wali Kota Taipei yang merupakan ahli bedah sebelum terjun ke dunia politik pada 2014.

Ko menyebut TPP menawarkan "jalan tengah" antara DPP dan KMT soal isu China, tapi banyak pihak menyebut kebijakannya lebih mendekati KMT.

Baca Juga: Elektabiltas Anies Baswedan Naik, Kejar Prabowo Subianto, Kiky Saputri: Berkat Diroasting 

Beijing sendiri mengawasi dengan cermat pemungutan suara tersebut. Dalam pidato tahun barunya, Presiden China Xi Jinping mengatakan "penyatuan kembali tanah air adalah sebuah keniscayaan sejarah".***

Editor: Yuliansyah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler