Hingga Menangis Minta Tolong, Kesaksian Korban Perang Timur Tengah di Yaman dalam Serangan Koalisi Arab Saudi

31 Januari 2022, 12:35 WIB
Hingga Menangis Minta Tolong, Kesaksian Korban Perang Timur Tengah di Yaman dalam Serangan Koalisi Arab Saudi /KHALED ABDULLAH/REUTERS

KABARMEGAPOLITAN.com - Perang Timur Tengah kembali bergejolak dalam menjelang akhir Januari 2022.

Koalisi Timur Tengah pimpinan Arab Saudi dan kelompok milisi Houthi di Yaman saling serang dalam sepekan terakhir.

Korban warga sipil terus berjatuhan akibat konflik perang saudara di Yaman yang turut diintervensi oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab itu.

Muhammad al-Khulaidi adalah salah satu korban perang Timur Tengah di Yaman dalam serangan koalisi pimpinan Arab Saudi pada Jumat, 21 Januari 2022.

Baca Juga: Gelombang ketiga Covid-19 Mengintai, Ini Ciri dan Cara Mencegah Penularan Omicron yang Wajib Anda Ketahui

Dia merupakan narapidana, bersama empat temannya sedang mengobrol soal kehidupan setelah keluar dan pulang ke rumah bertemu anak-anak mereka.

Kemudian, serangan udara pertama menghantam. Tiga dari mereka termasuk di antara sedikitnya 60 orang yang tewas dalam serangan tersebut.

Itu adalah serangan udara paling mematikan di Yaman dalam lebih dari dua tahun terakhir, tulis Yahoo News mengutip video Reuters, 24 Januari 2022.

Serangan itu terjadi dalam konflik tujuh tahun antara koalisi dan kelompok Houthi, dalam eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Khulaidi beruntung bisa selamat dengan melompat dari lantai dua penjara di Saada, wilayah utara Houthi. Namun, dia harus menerima kakinya patah.

Baca Juga: Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman Jalin Asmara dengan Lindsay Lohan Cuma Rumor?

"Saya mencoba melepaskan kaki saya dari bawah pilar dan pesawat tempur terus membombardir kami," ceritanya bersaksi tentang perang itu.

"Saya mencoba dan mencoba, dan saya mengeluarkan puing-puing dari bawah kaki saya, dan keluar," ucapnya.

"Saya tidak bisa membantu teman-teman saya karena kaki saya patah," kata Khulaidi melanjutkan.

"Saya menangis kepada orang-orang untuk meminta bantuan ketika pesawat tempur terus menyerang, dan menghantam bangsal lainnya," ujarnya menahan sakit.

Kelompok Houthi ternyata tidak tinggal diam. Pada 24 Januari 2022, mereka mengumumkan telah menembakkan rudal balistik Zulfiqar.

Baca Juga: Segera Tinggalkan Jika Pasanganmu Tunjukkan 20 Sinyal Buruk Ini, Agar Kamu Tak Jauh dari Kata Bahagia

Rudal balistik itu menyerang pangkalan udara di Abu Dhabi yang digunakan oleh Amerika Serikat, dan target lainnya.

Uni Emirat Arab termasuk bagian dari koalisi yang dipimpin Arab Saudi. Tapi, mereka mengklaim telah menggagalkan serangan itu.

Namun, sebelumnya serangan balasan dari Houthi telah menewaskan tiga orang di UEA, pekan lalu.

Houthi yang bersekutu dengan Iran mengatakan Abu Dhabi harus membayar dukungannya pada koalisi yang mencegah mereka merebut wilayah minyak.

Mereka mencoba untuk menjatuhkan reputasi UEA sebagai tempat yang aman, serta pusat pariwisata dan perdagangan internasional.

Baca Juga: Pengguna Apple: Jangan Lakukan Hal Ini Tak Ingin iPhone Anda Dihack dalam Hitungan Detik

Baru-baru ini, Arab Saudi pun mengutuk bombardir rudal balistik dari kelompok Houthi yang menyerang wilayah selatan kerajaan tersebut.

Konflik ini sebagian besar dilihat sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Jutaan orang jadi korban, dan mendorong Yaman ke ambang kelaparan.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler